Oleh Wardah Abeedah
Masih ingat kasus gempa di Tasikmalaya sesaat setelah MK mengetukkan palu menolak mengkriminalisasi eljibiti?
Kali ini, gempa besar kembali mengguncang negeri ini. Tak lama setelah DPR membuat kebijakan yang disayangkan banyak pihak soal mabok dan kaum pelangi.
Saat terjadi gempa Tasik beberapa bulan yang lalu, terdapat sebuah artikel di moj*k.co yang nyinyir kepada mereka yang mengkaitkan peristiwa gempa bumi dengan keputusan MK soal eljibiti.
Begini kutipan artikelnya,
"Jika ada letusan gunung berapi, maka kita harus cari tahu dulu. Apakah saat terjadi bencana, lokasi tersebut dipimpin kafir atau tidak. Jika iya, maka itu adalah azab, jika dipimpin oleh orang yang seagama itu adalah ujian. Lantas dilihat, apakah di sana penduduknya mayoritas muslim atau bukan. Kalau iya, itu adalah ujian, kalau tidak itu adalah azab karena membiarkan orang kafir menguasai daerah kita. Lupakan dan jangan percaya omongan bahwa gunung meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Sudah jelas dan terang benderang kalau gunung meletus karena kita tidak pernah sholat, tidak memilih pemimpin kafir, atau karena zina. Sekali lagi saya tegaskan zina, mabuk, judi itu bisa membawa azab, kutukan, hukuman serta bencana bukan cuma pada pelaku, tapi pada semua orang di sekitarnya."
Sengaja penulis tak menyertakan link. Karena membaca artikel -artiķel di portal tersebut hanya akan menumbuhkan kebodohan berpikir pada akal kita. Kebodohan? Maaf jika penulis terpaksa memilih kata ini. Karena belum menemukan padanan yang lebih tepat dari itu.
Bukankah kata-kata al-Qur'an tak segan menyebut kata "munafik, kafir, fasiq, jahil" untuk menunjukkan sebuah keburukan pada kita. Agar kita tegas menjauhinya demi keselamatan dunia-akhirat kita?
Kembali pada petikan paragraf di atas- yang pemikirannya diamini banyak pihak- tulisan itu justru menunjukkan kejahilan manusia dari mengenal tuhannya. Apakah dia tak tahu bahwa Allah Al-Khaliq yang menciptakan magma yang ada di perut bumi, gas yang ada di dalamnya, dan setiap inchi tanah yang dihamparkan?
Posisi sebagai ciptaanlah yang menjadikan semua mahluk tunduk pada Sang Pencipta. Atas kuasa Allah semata, gas yang bertekanan tinggi mendorong keluar endapan magma dari dalam perut bumi. Atas kuasa Sang Maha Hebat, tanah yang merupakan makhluk Allah tunduk saat Allah menggetarkannya. Entah itu dengan kekuatan 6, 7, 8, 9, bahkan 17 skala richter.
Jika mereka menafikan azab Allah di dunia, apakah belum datang kepada mereka kisah kaum Tsamud, yang mendustakan dakwah Nabi Saleh?
Tatkala Allah, Gusti nun Maha Benar berfirman,
"Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu khalifah-khalifah sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka; “Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?”. mereka menjawab: “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya”.
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata;
“Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu”. Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. dan mereka berkata: “Hai Saleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”. Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka (7:74-78).
Bagi para pemimpin, penguasa dan wakil rakyat yang tak hentinya membuat kebijakan dan hukum yang bertentangan dengan hukum Allah, tidakkah mereka mendengar kehancuran Penduduk Madyan kaum Nabi Syu'aib?
Ketika Rabb semesta alam mengabarkan,
"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syu’aib, Maka ia berkata; “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan”. Maka mereka mendustakan Syu’aib, Lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka (29:36-37).
Ada begitu banyak ayat tentang azab yang Allah turunkan di dunia sebagai pelajaran bagi mereka yang memiliki akal. Kaum salafus salih terdahulu membenarkannya tanpa menyelipkan setitik ragupun di hatinya.
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Ketika terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri.
"Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
~~~
Duhai pejabat di atas sana, duhai legislator, duhai kaum muslimin, tidakkah kita mengambil pelajaran?
Enggankah kita untuk segera bertaubat dan kembali menegakkan hukum Allah?
Cukuplah gempa ini Allah jadikan peringatan.
Cukuplah HIV-AIDS, sepilis dan berbagai penyakit menular seksual yang Allah azabkan akibat eljibiti menjadi sekeras-kerasnya teguran.
Dan cukuplah kematian remaja bernama Yuyun setelah diperkosa 14 pemuda mabuk, dan kematian 9 korban tabrakan maut akibat pengemudi mabuk di tahun 2012 menjadi tamparan menyakitkan.
Allah sudah menunjukkan kuasaNya. Akankah kita terus mendustakanNya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar