Persatuan Politik Ummat Islam
Oleh : Wardah Abeedah
Lagi-lagi
jutaan ummat Islam memutihkan Lapangan Monas, Jakarta. Selama Desember ini
saja, tercatat dua kali jutaan ummat Islam berkumpul demi menjadikan Maulid
nabi sebagai momen persatuan ummat, dan demi bela Palestina, tanah suci ketiga
kaum muslimin yang di dalamnya teradapat kiblat pertama kita. Di antara jutaan
peserta yang datang dari seluruh penjuru pelosok negeri dalam dua agenda
tersebut, terdapat banyak tokoh besar wakil ummat Islam. Ustadz Bachtiar
Nashir, Ustadz Felix Siauw, Teuku Zularnain, dll. Bahkan para politisi nasional
Amin Rais, Fadli Zon, Fahri Hamzah tak mau absen. Para artis juga tak
ketinggalan menyemarakkan momen persatuan ummat dan bela Palestina kali ini.
Opini bahawa acra ini benar-benar mewakili perasaan ummat menjadi lebih
legitimed lagi ketika kepala daerah Jakarta hadir dan memberikan sambutan.
Reuni
212 dan Aksi Bela Palestina yang menggerakkan kaki-kaki jutaan ummat Islam
menuju Monas tanpa mendapatkan kompensasi materi apapun. Tak sedikit yang berkendara
motor, sepeda ontel dengan jarak tempuh yang jauh, hingga pedagang yang
berbondong-bondong bershadaqah untuk mujahid, menegaskan bahwa ummat Islam tak
tidur. Aqidah mereka nyata tertancap sehingga menggerakkan mereka untuk
bergerak demi Islam, demi membela symbol Islam, juga memperjelas tentang sebuah
kerinduan ummat akan persatuan Islam. Demi
kerinduan akan kedamaian dan kejayan di negeri-negeri muslim. Siapapun mereka,
ulama ustadz, politisi, artis, pejabat, pedagang, tokoh masyarakat yang
mewakili daerahnya masing-masing, kerinduan persatuan telah memenuhi hati
seluruh kaum muslimin. Yah, persatuan yang sudah lama terkoyakkan oleh ribuan
bahkan jutaan upaya kaum kuffar yang takut akan persatuan dan kebangkitan Ummat
Islam.
Persatuan Ummat Islam ; Wajib.
Dalam
Islam, persatuan umat Islam adalah wajib. Sebaliknya, berpecah-belah adalah
haram. Namun yang wajib bukan sembarang persatuan yang diiikat kelompok, etnis,
suku atau kebangsaan semata, bukan. Persatuan yang diwajibkan adalah persatuan
yang diikat tali Allah ; yakni kitabullah dan sunnahnya. Hal ini ditegaskan
oleh Allah SWT dalam al-Quran:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا…
Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali
Allah dan jangan bercerai berai… (TQS Ali Imran [3]: 103).
Imam as-Samarqandi
berkata, “Wa’tashimû bi hablilLâh (Berpegang
teguhlah kalian pada tali Allah)” bermakna, “Tamassakû bi dînilLâhi wa bi
al-Qur’ân (Berpegang teguhlah kalian semuanya dengan agama
Allah dan al-Quran)” (AS-Samarqandai, Bahr al-‘Ulûm,
1/234).
Menurut Imam al-Mawardi,
terkait frasa “Wa’tashimû bi hablilLâh (Berpegang
teguhlah kalian semuanya pada tali Allah)”, salah satu takwil atas kata “al-habl (tali)” adalah KitabulLâh. Ini adalah pendapat Ibn Mas’ud, Qatadah dan
as-Sadi (Al-Mawardi, Tafsîr al-Mâwardî,
1/413).
Persatuan Umat Islam & Bangkitnya Politik
Islam ; Mimpi Buruk Barat
Lord Curzon, Mantan
Menteri Luar Negeri Inggris pada tahun 1924, tepat setelah khilafah Islamiyah
runtuh di Turki mengatakan,
" Kita harus mengakhiri apapun yang
akan membawa pada persatuan Islam antara anak-anak kaum muslimin. Sebagaimana
kita telah berhasil menyudahi kekhalifahan, kita harus memastikan bahwa tidak
akan pernah bangkit lagi kesatuan bagi umat Islam, baik itu persatuan
intelektual ataupun budaya."
Persatuan
umat Islam seluruh dunia dalam satu institusi politik bernama Khilafah bagi Barat bukanlah sekedar sejarah
kelam yang membuat mereka tak nyaman saat mendengarnya kembali. Namun lebih
dari itu, khilafah adalah sebuah 'monster pingsan' yang mereka yakini betul
akan kebangkitannya untuk yang kedua kali. Monster yang mereka yakini akan
siuman dari tidur panjangnya untuk kemudian mengalahkan mereka dan membunuh
eksistensinya. Hingga menjadikan tidur mereka tak nyenyak berpuluh tahun
lamanya.
Itulah
mengapa mereka begitu serius, mengerahkan waktu, fikiran, tenaga, uang, untuk
mencegahnya bangkit dari tidur lamanya. PR besar mereka adalah memecah belah
umat dan menjauhkan umat dari politik Islam.
Strategi
yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengkotak-kotakkan Islam. Tahun
2007, Rand menerbitkan dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga
didanai oleh Smith Foundation, dimana keduanya adalah jaringn zionis internasional.
Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat
pro-Barat di seluruh dunia. Dalam dokumen tersebut, disebutkan, Komunitas
Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(i)
Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan
kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat
Islam;
(ii)
Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai
modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran
Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(iii) Modernis:
kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan
tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(iv) Sekularis: kelompok
masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan
dipisah sama sekali dari urusan Negara
Tak
berhenti disana, komunitas internasional juga menetapkan strategi untuk
mengkonfrontir dan mengadudomba kelompok-kelompok tersebut. Terutama untuk
memusuhi dan melenyapkan kelompok pertama yakni yang mereka sebut
fundamentalis, karena mereka melakukan aktivitas poliitk Islam dan
memperjuangkan formalisasi Islam dalam sebuah institusi politik.
Mereka
juga berupaya menjadikan institusi pendidikan di negeri-negeri muslim, mulai
sekolah, pergururan tinggi hingga madrasah dan pesantren sebagai alat untuk
mencuci otak generasi muslim, hingga mereka mengambil tsaqafah asing. JIka mau
berislampun, Islam yang harus ummat Islam ketahui, yakini dan adopsi adalah
Islam moderat yang tak tak sesuai ajaran Islam yang benar. Hingga generasi kaum
muslimin asing dnegan istilah ukhuwah,
syariah, khilafah dan jihad.
Itu
kenapa, dalam reuni 212, ada banyak kalimat nyinyir dari berbagai tokoh termsuk
KApolri bahwa aksi 212 untuk kepentingan politik. KArena mereka mengkhawatirkan
hal itu, dank arena kafir plus antek-anteknya ingin menyerang ummat dengna
berupaya menstigma ummat Islam berpolitik adalah sebuah kriminalitas yang harus
dijauhi.
Tak
hanya di Indonesia, di seluruh negeri-negeri muslim, strategi yang dicanangkan
Rand Coorporation juga diterapkan dengan paksa. Geliat persatuan kebangkitan
ummat Islam di seluruh dunia untuk kembali pada Islam, sebagaimana Intifadhah
Palestina dan Arab Spring sangat mereka takutkan.
Meghentikan Khilafah ; Sebuah Upaya
Utopis
Meski
berpuluh tahun Barat berupaya menghapus memori khilafah dari benak kaum
muslimin, namun semakin hari, kata Khilafah semakin ramai diperbincangkan oleh
banyak pihak. Tak hanya kalangan tokoh agama, namun para politisi, budayawan,
mahasiswa, bahkan hingga pelajar dan ibu rumah tangga sudah akrab dengna kata
khilafah. Di beranda-beranda akun media social, hingga media cetak dan
elektronik tak ketinggalan membahasnya.
Meski
ormas yng selama ini paling getol menyuarakan khilafah dibubarkan, ummat justru
melawan rezim tiran dengan ikut ramai menyuarakan khilafah. Muhammadiyah, FPI,
FUI, Jammah Tabligh, NU Garis lurus, dan banyak pihak tanpa malu dan sungkan
lantang menyuarakan khilafah sebagai sebuah institusi yang akan mengakhiri
keterpurukan yang telah lama meliputi dunia Islam, juga sebagai sebuah
keyakinan akan janji Allah dankabar gebira dari rasulullah yang taka lama lagi
akan terwujud.
Tak
hanya kaum muslim yang meyakini tegaknya, Kafir Barat pun meyakini dan sedang
mengambil ancang-ancang untuk memperlambat tegaknya khilafah kedua. Terbukti
dari banyak survey dan analisis yang kaum kafir sendiri lakukan. Tiga belas
tahun yang lalu, National Intelelligence Council’s (NIC)
sudah meramalkan tegaknya khilafah kedua. NIC merilis sebuah laporan yang
berjudul Mapping the Global Future.
Inti laporan NIC
tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rincia
nnya ialah Dovod World:
Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting
ekonomi dan politik dunia. Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol
oleh AS. A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni
Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan
nilai-nilai Barat, dan Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia).
Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi
kekacauan di dunia — kekerasan akan dibalas kekerasan.
Tahun
2014 lalu, PEW Research Center yang bermarkas di Washington DC merilis hasil
surveinya terkait opini publik mengenai dukungannya terhadap penerapan syariah
di level negara. Cakupan survei ini cukup luas dengan melibatkan 38.000
responden di 39 negara di wilayah Afrika, Asia dan Eropa. Hasilnya,
dukungan umat Islam terhadap penerapan syariah di Indonesia juga di angka 72
persen, Pakistan (84 persen), Bangladesh (82 persen), Afghanistan (99 persen),
Thailand (72 persen), dan Malaysia (86 persen). Di Timur Tengah dan Afrika:
Irak (91 persen), Palestina (89 persen), Maroko (83 persen), Mesir (74 persen),
Yordania (71 persen), Niger (86 persen), Djibouti (82 persen), Kongo (74
persen) dan Nigeria (71 persen).
Di
dalam negeri sendiri, dalam survey yang dipublis oleh www.reuters.com pada November
2017, hampir 20 persen pelajar SMA
dan mahasiswa di Indonesia mendukung petegakan khilafah. Survey oleh sebuah
organisasi berbasis di Jakarta telah men-survey 4.200 pelajar dan mahasiswa di
SMA dan Perguruan Tinggi terkemuka di Pulau Jawa, yang merupakan tempat tinggal
bagi lebih dari separoh populasi negeri ini. Hampir 1 dari 4 siswa dan
mahasiswa menyatakan bahwa mereka dengan derajat yang bermacam-macam, siap
berjihad untuk mencapai kekhilafahan
Persatuan
ummat dan ruh ukhuwah yang sedang tumbuh subur pasca 212 dan dilanjut dengan
Aksi Bela Palestina yang mengkikis syu’ur ta’asshub di antara kita, harusnya
kita jadikan momen untuk menjadikan ummat Islam memiliki satu kesamaan
pemikiran dan perasaana terkait kenutuhan persatuan ummat seluruh dunia dalam
satu institusi politik Islam. Yang akan menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh
mulai dari tataran individu, keluarga, masyarakat dan Negara. Juga menyebarkan
Islam dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia termasuk mengembalikan Palestina
pada pangkuan Islam. Hingga terwujud negeri
yang diliputi rahmat dan ridho Allah, negeri yang mampu menjadikan setiap
rakyatnya sejahtera, bahagia dan aman sentosa. Wallahu a’lam bis showab.
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar