Selasa, 02 Januari 2018

Persatuan Politik Ummat Islam

Persatuan Politik Ummat Islam
Oleh : Wardah Abeedah

Lagi-lagi jutaan ummat Islam memutihkan Lapangan Monas, Jakarta. Selama Desember ini saja, tercatat dua kali jutaan ummat Islam berkumpul demi menjadikan Maulid nabi sebagai momen persatuan ummat, dan demi bela Palestina, tanah suci ketiga kaum muslimin yang di dalamnya teradapat kiblat pertama kita. Di antara jutaan peserta yang datang dari seluruh penjuru pelosok negeri dalam dua agenda tersebut, terdapat banyak tokoh besar wakil ummat Islam. Ustadz Bachtiar Nashir, Ustadz Felix Siauw, Teuku Zularnain, dll. Bahkan para politisi nasional Amin Rais, Fadli Zon, Fahri Hamzah tak mau absen. Para artis juga tak ketinggalan menyemarakkan momen persatuan ummat dan bela Palestina kali ini. Opini bahawa acra ini benar-benar mewakili perasaan ummat menjadi lebih legitimed lagi ketika kepala daerah Jakarta hadir dan memberikan sambutan.

Reuni 212 dan Aksi Bela Palestina yang menggerakkan kaki-kaki jutaan ummat Islam menuju Monas tanpa mendapatkan kompensasi materi apapun. Tak sedikit yang berkendara motor, sepeda ontel dengan jarak tempuh yang jauh, hingga pedagang yang berbondong-bondong bershadaqah untuk mujahid, menegaskan bahwa ummat Islam tak tidur. Aqidah mereka nyata tertancap sehingga menggerakkan mereka untuk bergerak demi Islam, demi membela symbol Islam, juga memperjelas tentang sebuah kerinduan ummat akan persatuan Islam.  Demi kerinduan akan kedamaian dan kejayan di negeri-negeri muslim. Siapapun mereka, ulama ustadz, politisi, artis, pejabat, pedagang, tokoh masyarakat yang mewakili daerahnya masing-masing, kerinduan persatuan telah memenuhi hati seluruh kaum muslimin. Yah, persatuan yang sudah lama terkoyakkan oleh ribuan bahkan jutaan upaya kaum kuffar yang takut akan persatuan dan kebangkitan Ummat Islam.

Persatuan Ummat Islam ; Wajib.

Dalam Islam, persatuan umat Islam adalah wajib. Sebaliknya, berpecah-belah adalah haram. Namun yang wajib bukan sembarang persatuan yang diiikat kelompok, etnis, suku atau kebangsaan semata, bukan. Persatuan yang diwajibkan adalah persatuan yang diikat tali Allah ; yakni kitabullah dan sunnahnya. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Quran:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا…
Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali Allah dan jangan bercerai berai… (TQS Ali Imran [3]: 103).

Imam as-Samarqandi berkata, “Wa’tashimû bi hablilLâh (Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah)” bermakna, “Tamassakû bi dînilLâhi wa bi al-Qur’ân (Berpegang teguhlah kalian semuanya dengan agama Allah dan al-Quran)” (AS-Samarqandai, Bahr al-‘Ulûm, 1/234).

Menurut Imam al-Mawardi, terkait frasa “Wa’tashimû bi hablilLâh (Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali Allah)”, salah satu takwil atas kata “al-habl (tali)” adalah KitabulLâh. Ini adalah pendapat Ibn Mas’ud, Qatadah dan as-Sadi (Al-Mawardi, Tafsîr al-Mâwardî, 1/413).

Persatuan Umat Islam & Bangkitnya Politik Islam ; Mimpi Buruk Barat


Lord Curzon, Mantan Menteri Luar Negeri Inggris pada tahun 1924, tepat setelah khilafah Islamiyah runtuh di Turki mengatakan,
" Kita harus mengakhiri apapun yang akan membawa pada persatuan Islam antara anak-anak kaum muslimin. Sebagaimana kita telah berhasil menyudahi kekhalifahan, kita harus memastikan bahwa tidak akan pernah bangkit lagi kesatuan bagi umat Islam, baik itu persatuan intelektual ataupun budaya."

Persatuan umat Islam seluruh dunia dalam satu institusi politik bernama  Khilafah bagi Barat bukanlah sekedar sejarah kelam yang membuat mereka tak nyaman saat mendengarnya kembali. Namun lebih dari itu, khilafah adalah sebuah 'monster pingsan' yang mereka yakini betul akan kebangkitannya untuk yang kedua kali. Monster yang mereka yakini akan siuman dari tidur panjangnya untuk kemudian mengalahkan mereka dan membunuh eksistensinya. Hingga menjadikan tidur mereka tak nyenyak berpuluh tahun lamanya.

Itulah mengapa mereka begitu serius, mengerahkan waktu, fikiran, tenaga, uang, untuk mencegahnya bangkit dari tidur lamanya. PR besar mereka adalah memecah belah umat dan menjauhkan umat dari politik Islam.

Strategi yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengkotak-kotakkan Islam. Tahun 2007, Rand menerbitkan dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation, dimana keduanya adalah jaringn zionis internasional. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Dalam dokumen tersebut, disebutkan, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:

(i) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;
(ii) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(iii) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(iv) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan Negara

Tak berhenti disana, komunitas internasional juga menetapkan strategi untuk mengkonfrontir dan mengadudomba kelompok-kelompok tersebut. Terutama untuk memusuhi dan melenyapkan kelompok pertama yakni yang mereka sebut fundamentalis, karena mereka melakukan aktivitas poliitk Islam dan memperjuangkan formalisasi Islam dalam sebuah institusi politik.

Mereka juga berupaya menjadikan institusi pendidikan di negeri-negeri muslim, mulai sekolah, pergururan tinggi hingga madrasah dan pesantren sebagai alat untuk mencuci otak generasi muslim, hingga mereka mengambil tsaqafah asing. JIka mau berislampun, Islam yang harus ummat Islam ketahui, yakini dan adopsi adalah Islam moderat yang tak tak sesuai ajaran Islam yang benar. Hingga generasi kaum muslimin asing dnegan istilah  ukhuwah, syariah, khilafah dan jihad.

Itu kenapa, dalam reuni 212, ada banyak kalimat nyinyir dari berbagai tokoh termsuk KApolri bahwa aksi 212 untuk kepentingan politik. KArena mereka mengkhawatirkan hal itu, dank arena kafir plus antek-anteknya ingin menyerang ummat dengna berupaya menstigma ummat Islam berpolitik adalah sebuah kriminalitas yang harus dijauhi.

Tak hanya di Indonesia, di seluruh negeri-negeri muslim, strategi yang dicanangkan Rand Coorporation juga diterapkan dengan paksa. Geliat persatuan kebangkitan ummat Islam di seluruh dunia untuk kembali pada Islam, sebagaimana Intifadhah Palestina dan Arab Spring sangat mereka takutkan.

Meghentikan Khilafah ; Sebuah Upaya Utopis

Meski berpuluh tahun Barat berupaya menghapus memori khilafah dari benak kaum muslimin, namun semakin hari, kata Khilafah semakin ramai diperbincangkan oleh banyak pihak. Tak hanya kalangan tokoh agama, namun para politisi, budayawan, mahasiswa, bahkan hingga pelajar dan ibu rumah tangga sudah akrab dengna kata khilafah. Di beranda-beranda akun media social, hingga media cetak dan elektronik tak ketinggalan membahasnya.

Meski ormas yng selama ini paling getol menyuarakan khilafah dibubarkan, ummat justru melawan rezim tiran dengan ikut ramai menyuarakan khilafah. Muhammadiyah, FPI, FUI, Jammah Tabligh, NU Garis lurus, dan banyak pihak tanpa malu dan sungkan lantang menyuarakan khilafah sebagai sebuah institusi yang akan mengakhiri keterpurukan yang telah lama meliputi dunia Islam, juga sebagai sebuah keyakinan akan janji Allah dankabar gebira dari rasulullah yang taka lama lagi akan terwujud.

Tak hanya kaum muslim yang meyakini tegaknya, Kafir Barat pun meyakini dan sedang mengambil ancang-ancang untuk memperlambat tegaknya khilafah kedua. Terbukti dari banyak survey dan analisis yang kaum kafir sendiri lakukan. Tiga belas tahun yang lalu, National Intelelligence Council’s (NIC) sudah meramalkan tegaknya khilafah kedua. NIC merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. 
Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rincia
nnya ialah Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia. Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS. A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat, dan Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia — kekerasan akan dibalas kekerasan.

Tahun 2014 lalu, PEW Research Center yang bermarkas di Washington DC merilis hasil surveinya terkait opini publik mengenai dukungannya terhadap penerapan syariah di level negara. Cakupan survei ini cukup luas dengan melibatkan 38.000 responden di  39 negara di wilayah Afrika, Asia dan Eropa. Hasilnya, dukungan umat Islam terhadap penerapan syariah di Indonesia juga di angka 72 persen, Pakistan (84 persen), Bangladesh (82 persen), Afghanistan (99 persen), Thailand (72 persen), dan Malaysia (86 persen). Di Timur Tengah dan Afrika: Irak (91 persen), Palestina (89 persen), Maroko (83 persen), Mesir (74 persen), Yordania (71 persen), Niger (86 persen), Djibouti (82 persen), Kongo (74 persen) dan Nigeria (71 persen).

Di dalam negeri sendiri, dalam survey yang  dipublis oleh www.reuters.com pada November 2017, hampir 20 persen pelajar SMA dan mahasiswa di Indonesia mendukung petegakan khilafah. Survey oleh sebuah organisasi berbasis di Jakarta telah men-survey 4.200 pelajar dan mahasiswa di SMA dan Perguruan Tinggi terkemuka di Pulau Jawa, yang merupakan tempat tinggal bagi lebih dari separoh populasi negeri ini. Hampir 1 dari 4 siswa dan mahasiswa menyatakan bahwa mereka dengan derajat yang bermacam-macam, siap berjihad untuk mencapai kekhilafahan


Persatuan ummat dan ruh ukhuwah yang sedang tumbuh subur pasca 212 dan dilanjut dengan Aksi Bela Palestina yang mengkikis syu’ur ta’asshub di antara kita, harusnya kita jadikan momen untuk menjadikan ummat Islam memiliki satu kesamaan pemikiran dan perasaana terkait kenutuhan persatuan ummat seluruh dunia dalam satu institusi politik Islam. Yang akan menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh mulai dari tataran individu, keluarga, masyarakat dan Negara. Juga menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia termasuk mengembalikan Palestina pada pangkuan Islam. Hingga terwujud  negeri yang diliputi rahmat dan ridho Allah, negeri yang mampu menjadikan setiap rakyatnya sejahtera, bahagia dan aman sentosa. Wallahu a’lam bis showab.

-->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar