حقيقة النية أو تعريف النية :
HAKIKAT NIAT ATAU DEFINISI NIAT
النية لغة: قصد الشيء وعزم القلب عليه
Kata an-niyatu dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu dan bertekad hati untuk mendapatkannya.
والنية في الشرع: عزم قلبي على عمل فرضي أو غيره. أو عزم القلب على عمل فرضاً كان أو تطوعاً. وهي أيضاً: الإرادة المتعلقة بالفعل في الحال أو في المستقبل
Dan niat menurut istilah syara’ adalah Tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain, atau tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau sunnah. Juga dapat diartikan keinginan ynag berhubungan dengan pekerjaan yang sedang atau dilakukan.
**menurut sebagian ulama, niat mnrt istilah syara' :
قصد الشيء مقترنا بفعله
Bermaksud sesuatu yang bersamaan dengan dilaksanakannya pekerjaan (kitab safinatun naja)
**menurut sebagian ulama, niat mnrt istilah syara' :
قصد الشيء مقترنا بفعله
Bermaksud sesuatu yang bersamaan dengan dilaksanakannya pekerjaan (kitab safinatun naja)
حكم النية
حكم النية عند جمهور الفقهاء (1) (غير الحنفية) : الوجوب فيما توقفت صحته عليها، كالوضوء والغسل، ماعدا غسل الميت والتيمم، والصلاة بأنواعها،
حكم النية عند جمهور الفقهاء (1) (غير الحنفية) : الوجوب فيما توقفت صحته عليها، كالوضوء والغسل، ماعدا غسل الميت والتيمم، والصلاة بأنواعها،
HUKUM NIAT
HUkum niat menurut jumhur fuqoha’ (mayoritas ahli fiqh) – selain hanafiy- : wajib apabila perbuatan yang dilakukan tidak sah jika tanpa niat seperti wudhu, mandi (selain memandikan mayit), tayamum, saholat dan sebagainya
** Para ulama 4 madzhab -kecuali syafii- memasukkan niat dalam syarat sah ibadah. Asy-syafii memasukkan niat dalam rukun ibadah.
HUkum niat menurut jumhur fuqoha’ (mayoritas ahli fiqh) – selain hanafiy- : wajib apabila perbuatan yang dilakukan tidak sah jika tanpa niat seperti wudhu, mandi (selain memandikan mayit), tayamum, saholat dan sebagainya
** Para ulama 4 madzhab -kecuali syafii- memasukkan niat dalam syarat sah ibadah. Asy-syafii memasukkan niat dalam rukun ibadah.
وأدلة إيجاب النية كثيرة، منها قول الله تعالى: {وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء..} [البينة:98 / 5] قال الماوردي: والإخلاص في كلامهم النية.
Dalil wajibnya niat banyak, diantaranya firman Allah swt, “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas semata-mata karena (menjalankan) agama (al-Bayyinah:5)
ومنها الحديث المتفق على صحته بين البخاري ومسلم وباقي الأئمة الستة وأحمد (الجماعة) من رواية أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضي الله عنه، وهو ـ كما قا ل النووي ـ حديث عظيم، أحد الأحاديث التي عليها مدار الإسلام، بل هو أعظمها، وهي اثنان وأربعون حديثاً. ونصه: قا ل عمر: سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلم يقول:
«إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدُنيا يصيبها أو امرأة ٍ ينكِحُها، فهجرتُه إلى ما هاجر إليه»
«إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدُنيا يصيبها أو امرأة ٍ ينكِحُها، فهجرتُه إلى ما هاجر إليه»
Dalil lainnya adalah hadits yg disepakati keshahihannya oleh Imam al-Bukhori, Imam Muslim, Abu Dawud, at-tirmidzi, an-nasa’I, Ibnu Majah, Imama Ahmad yang bersumber dari sahabat Umar ra. Dia berkata “SAya pernah mendengar rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya amal bergantung pada niat. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan endapatan apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya adalah karena Allah swt, dan rasulNya, maka hijrahnya dicatat Allahd an RasulNya. Dan barangsiapa hijrahnya karena untuk mendapatkan dunia atau (menikahi) wanita, maka hijrahnya adalah (dicatat) sesuai dengan tujuan hijrahnya tersebut”
“Sesungguhnya amal bergantung pada niat. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan endapatan apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya adalah karena Allah swt, dan rasulNya, maka hijrahnya dicatat Allahd an RasulNya. Dan barangsiapa hijrahnya karena untuk mendapatkan dunia atau (menikahi) wanita, maka hijrahnya adalah (dicatat) sesuai dengan tujuan hijrahnya tersebut”
محل النية
محل النية باتفاق الفقهاء وفي كل موضع: القلب وجوباً، ولا تكفي باللسان قطعاً، ولا يشترط التلفظ بها قطعاً، لكن يسن عند الجمهور غير المالكية
محل النية باتفاق الفقهاء وفي كل موضع: القلب وجوباً، ولا تكفي باللسان قطعاً، ولا يشترط التلفظ بها قطعاً، لكن يسن عند الجمهور غير المالكية
TEMPAT NIAT
Tempat niat menurut kesepakatan seluruh ulama adalah hati. Niat tidak cukup dengan lisan saja, dan tidak disyaratkan melafadzkan niat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain Maliki.
Tempat niat menurut kesepakatan seluruh ulama adalah hati. Niat tidak cukup dengan lisan saja, dan tidak disyaratkan melafadzkan niat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain Maliki.
من النية أو وقتها:
الأصل العام: أن وقت النية أول العبادة البدنية إلا في حالات سأذكرها (1)
الأصل العام: أن وقت النية أول العبادة البدنية إلا في حالات سأذكرها (1)
WAKTU NIAT
Secara umum waktu niat adalah di awal melakukan ibadah, kecuali dalam beberapa kasus yang akn saya terangkan.
Secara umum waktu niat adalah di awal melakukan ibadah, kecuali dalam beberapa kasus yang akn saya terangkan.
أما ما يستثنى من وجوب توقيت النية أول العبادة فهو الصوم, الحج, الزكاة وصدقة الفطر , نية الجمع بين الصلاتين, نية الأضحية , نية الاستثناء في اليمين
Adapun ibadah2 yang waktu niatnya tidak diharuskan di awal melaksanakan ibadah tersebut, yaitu puasa, haji, zakat & zakat fitrah, niat menjama’ dua sholat, niat berkurban & niat mengecualikan sesuatu dalam sumpah
SUMBER : الفقه الإسلامي وأدلته (1/ 125، بترقيم الشاملة آليا)
SUMBER : الفقه الإسلامي وأدلته (1/ 125، بترقيم الشاملة آليا)
CATATAN :
- ** berarti tambahan saya (bersumber dari kitab yang lain, bukan kitab fiqh Islam wa adillatuhu)
- Diantara tujuan niat :
1. Untuk membedakan amalan itu ibadah ataupun adat (rutinitas) dan perbuatan biasa.
Misal: mandi; mandi ini adalah hal biasa, namun jika dilakukan dengan niat ibadah, maka mandi ini akan bernilai ibadah, misal mandi wajib, mandi sebelum ihram, mandi sebelum sholat jum'at, begitu juga orang berkumur-kumur kemudian mencuci muka dan tangan dan mengusap kepala serta kaki, kalo dilakukan habis bangun tidur dengan tujuan biar bersih maka ini adalah hal biasa bukan ibadah, namun jika di lakukan dengan niat wudhu maka inilah ibadah dsb.
- ** berarti tambahan saya (bersumber dari kitab yang lain, bukan kitab fiqh Islam wa adillatuhu)
- Diantara tujuan niat :
1. Untuk membedakan amalan itu ibadah ataupun adat (rutinitas) dan perbuatan biasa.
Misal: mandi; mandi ini adalah hal biasa, namun jika dilakukan dengan niat ibadah, maka mandi ini akan bernilai ibadah, misal mandi wajib, mandi sebelum ihram, mandi sebelum sholat jum'at, begitu juga orang berkumur-kumur kemudian mencuci muka dan tangan dan mengusap kepala serta kaki, kalo dilakukan habis bangun tidur dengan tujuan biar bersih maka ini adalah hal biasa bukan ibadah, namun jika di lakukan dengan niat wudhu maka inilah ibadah dsb.
2. Untuk membedakan amalan satu dengan yang lainnya.
Misalnya: orang menjamak sholat dhuhur dan asar, keduanya dilakukan dalam satu waktu dan sama-sama 4 raka'at, maka untuk membedakan ini sholat dhuhur dan itu sholat asyar adalah dengan niat, atau misalnya: kita masuk masjid kemudian kita sholat 2 raka'at, ada kemunkinan kita melakukan sholat tahiyatal masjid atau sholat sunnah qobliyah (sunnah rawatib) untuk membedaknya adalah dengan niat dsb.
Dan niat yang ikhlas menentukan ihsannya sebuah amal yg diterima oleh Allah .
- Sebagaimana hadits riwayat umar diatas, setiap amal diganjar sesuai niatnya
Dan dalam musnad sesunggunya Rasulullah bersabda : sesungguhnya antara 2 kelompok yang berperang (saling membunuh) Allah lah yang tahu niat dalam hatinya.
Berkata Ibnul Mubarak rahimahullah: "Berapa banyak amalan yang sedikit bisa menjadi besar karena niat dan berapa banyak amalan yang besar bisa bernilai kecil karena niatnya"
Misalnya: orang menjamak sholat dhuhur dan asar, keduanya dilakukan dalam satu waktu dan sama-sama 4 raka'at, maka untuk membedakan ini sholat dhuhur dan itu sholat asyar adalah dengan niat, atau misalnya: kita masuk masjid kemudian kita sholat 2 raka'at, ada kemunkinan kita melakukan sholat tahiyatal masjid atau sholat sunnah qobliyah (sunnah rawatib) untuk membedaknya adalah dengan niat dsb.
Dan niat yang ikhlas menentukan ihsannya sebuah amal yg diterima oleh Allah .
- Sebagaimana hadits riwayat umar diatas, setiap amal diganjar sesuai niatnya
Dan dalam musnad sesunggunya Rasulullah bersabda : sesungguhnya antara 2 kelompok yang berperang (saling membunuh) Allah lah yang tahu niat dalam hatinya.
Berkata Ibnul Mubarak rahimahullah: "Berapa banyak amalan yang sedikit bisa menjadi besar karena niat dan berapa banyak amalan yang besar bisa bernilai kecil karena niatnya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar